ACARA I
SATUAN KONSENTRASI
LARUTAN
A.
Pendahuluan
Dalam
mengerjakan acara-acara praktikum Fisiologi Tumbuhan, hampir tidak pernah lepas
dari berbagai macam larutan atau zat kimia lainnya dengan konsentrasi yang
berbeda-beda pula. Untuk menyatakan konsentrasi larutan, pada prinsipnya telah
dikenal ada empat satuan konsentrasi, yaitu persen (%), ppm (part per million)
atau bagian per sejuta, molal (m), dan molar (M).
Persen
menunjukan perbandingan antara harga
berat (gram) zat terlarut dalam 100 gram larutan ( w/w). Dapat pula dinyatakan dengan
perbandingan antara berat zat terlarut dalam 100 ml larutan ( w/v). Dapat pula sebagai perbadingan antara
volume zat terlarut dengan volume
larutan (v/v).
Satuan
ppm menyatakan perbadingan antara satu
bagian zat terlarut dalam sejuta bagian larutan. Satu (1) ppm suatu zat adalah
1 mg zat zat ditambah air sampai didapat 1 juta mg (1000 gram) larutan, atau 1
mg zat terlarut dalam 1 liter air.
Molar
merupakan jumlah mol zat terlarut dalam air sampai volumenya menjadi 1 liter.
Contoh: 1 M glukosa artinya 1 mol glukosa dilarutkan dalam air sampai volumenya
menjadi 1liter.
Molal adalah jumlah mol
zat terlarut dalam 1000 gram air.
B.
Tujuan
Membuat
larutan glukosa dan menghitung konsentrasinya dalam satuan %, ppm, molal (m),
dan molar (M).
C.
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
1.
Neraca
2.
Gelas kimia 1000 ml
3.
Gelas ukur 200 ml
|
1.
Serbuk glukosa
2.
Air (akuadestilata)
|
D.
Cara Kerja
1. Timbang serbuk glukosa seberat 10 gram
(w glukosa)
2.
Masukkan serbuk glukosa tersebut ke dalam gelas ukur yang sudah diisi dengan
100 ml air
3.
Baca volume larutan dalam gelas ukur tersebut (v larutan). Tentukan juga volume
serbuk glukosa yang telah digunakan tadi (v glukosa).
4.
Timbang gelas ukur yang berisi larutan tersebut untuk menentkan berat air yang
dgunakan (w air)
5.
Hitung konsentrasi larutan glukosa di atas berdasarkan satuan-satuan sebagai
berikut:
a. % (w/w), dengan rumus: (w glukosa/w air) x 100 %
b. % (w/v), dengan rumus: (w glukosa/v air) x 100 %
c. % (v/v), dengan rumus: (v glukosa/v air) x 100 %
(w glukosa/BM glukosa)
d.
Molal (m), dengan rumus:
x 1000
w air
(w glukosa/BM glukosa)
e.
Molar (M), dengan rumus: x 1000
v larutan
E.
Pertanyaan
1. Ubahlah satuan pada hasil kerja nomor 5 a di atas ke dalam satuan ppm
2. Pada langkah nomor 5, cara penentuan
(penghitungan) mana yang tidak lazim digunakan dalam bidang Fisiologi Tumuhan?
3.
Jelaskan perbedaan antara konsentrasi dengan dosis
ACARA II
DIFUSI DAN OSMOSIS
A.
Pendahuluan
Sel
yang hidup memerlukan suplai bahan makanan dan mengeluarkan bahan-bahan limbah
hasil metabolisme. Paling sedikitnya ada lima cara proses tersebut dapat berlangsung
,
yaitu difusi, osmosis,
difusi terbantu, transpor aktif, endositosis, dan pinositosis.
Difusi
dapat diartikan sebagai terjadinya pergerakan
suatu zat (molekul, atom, ion) dari satu titik ke titik lain secara
bebas karena adanya gerak kinetik. Kesan arah
pergerakan molekul suatu zat yang berdifusi sejalan dengan gradien
konsentrasi zat tersebut. Dengan kata lain, difusi dapat terjadi karena adanya
berbedaan konsentrasi antara dua zat
atau larutan. Difusi merpakan proses fisika yang dapat terjadi di alam bebas
maupun di dalam jaringan hidup tumbuhan ataupun hewan. Contoh: Pertukaran gas pada tumbuhan yang
terjadi pada daunnya atau organ lainnya yang berfungsi seperti daun.
Osmosis
adalah proses difusi air yang terjadi
melalui membran semipermeabel. Prosesnya sangat tergantung pada potensial kimia air atau potensial air
(PA). Potensial air merupakan kemampuan molekul air untuk melakukan difusi.
Osmosis berjalan dari potensial air tinggi menuju ke potensial air yang lebih
rendah. Potensial air itu sendiri sangat dipengaruhi oleh potensial tekanan.
Dengan demikian, proses osmosis
ditentukan oleh potensial air (PA),
potensial tekanan (PT) dan potensial osmosis (PO) itu sendiri.
Potensial
osmosis menggambarkan status suatu
larutan yang dinyatakan dalam satuan tekanan atau energi, yang sangat
bergantung pada perbadingan antara
pelarut dan zat terlarut. Potensial osmosis itu sendiri ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi,
ionisasi molekul zat terlarut, hidrasi molekul zat terlarut dan suhu.
Transportasi
yang lainnya adalah transpor aktif, yaitu bergeraknya molekul-molekul suatu zat melawan gradien konsentrasi. Hal
ini berbeda dengan proses difusi biasa.
Proses transpor aktif dapat terjadi kaena adanya protein sebagai suatu enzim atau sebagai pembawa
khusus yang berfungsi sebagai pompa.
Misalnya pompa Na+ dan K+. Keluar masuknya ion Na+
dan K+ digunakan pula untuk ikut keluar masuknya zat lain.
Bentuk
lain transportasi zat dalam organisme adalah endositosis, (fagositosis) dan
pinositosis. Cara ini terutama digunakan molekul protein yang terlalu besar dan terlalu hidrofobik untuk dilakukan pemindahan dengan difusi
biasa. Kebalikan dari proses endositosis adalah eksositosis.
B.
Tujuan
1. Mengetahui proses difusi molekul K-permanganat
dalam air.
2. Mengetahui proses osmosis kristal
K-permanganat dalam larutan tembaga sulfat.
3. Mengetahui proses pengangkutan melalui proses
osmosis
4. Mengetahui adanya proses osmosis pada sel
tumbuhan
C.
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
1. Cawan petri (1)
2. Tabung reaksi (1)
3. Alat pengebor gabus (Æ 0,8 – 1 cm)
4. Timbangan analitik
5. Oven (T min 100oC)
6. Botol timbang dan Botol vial (7)
8. Silet
9. Pinset ujung runcing
10.
Mikroskup + kaca obyek + tutup
|
1.
Kristal K-permanganat
2.
Aquadestilata
3.
Larutan tembaga sulfat
4.
Kristal K-ferrosianida
5.
Larutan sukrosa:
0,14 M;
0,16 M; 0,18 M; 0,20 M;
0,22 M;
0,24 M; 0,26 M.
6.
Daun Rhoeo discolor
|
D. Cara Kerja
D1.
Difusi Molekul K-permanganat
1. Tuanglah 15 ml air suling (akuadestilata) ke
dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas putih berskala dan letakkan di
tempat yang datar dan rata
2. Masukkan sebutir kristal k-permanganat di
tengah-tengah cawan petri tadi.
3. Perhatikanlah gerak difusi molekul
K-permanganat dalam air dan ukurlah diameter sebaran difusi molekul
K-permanganat ser5ta catatlah waktu
sebaran hinga diameternya mencapai 1 cm.
4. Ukurlah diameter sebaran setelah 5 dan 10
menit.
D2.
Difusi pada daun Rhoeo discolor
1. Buatlah irisan membujur lapisan epidermis bawh
daun R. Discolor setipis mungkin
dengan mengunakan silet
2. Letakkan
irisan tadi di atas kaca obyek, lalu
tetesi dengan air
3. Amati
sediaan tersebut di bawah mikroskup dan gambarlah hasil pengamatanmu.
4. Buatlah sediaan berikutnya dengan seperti di atas, tetapi tidak ditetesi
air melainkan dengan larutan sukrosa 1,0 M
5. Amati dibawah mikroskup dan gambarlah hasil
pengamatanmu
6. Bandingkan bentuk sel dari ke dua pengamatan
tadi
7. Sediaan kedua tadi, selanjutnya ditetesi air, kemudian
amati dan gambar pula hasil pengamatanmu.
D3.
Proses Osmosis
1. Masukkanlah
5 ml larutan tembaga sulfat 5% ke dalam tabung reaksi yang sudah disediakan
2.
Dengan hati-hati, masukkan sebutir kecil K-ferrosianida ke dalam tabung reaksi
tadi
3.
Usahakan supaya tabung tetap tegak, jangan sekali-kali dikocok dan bahkan
usahakan jangan sampai tergoyang !!!
4.
Amati terbentuknya endapan coklat dari membran tembaga ferrosianida dan amati
membran tersebut.
D4.
Mengukur Turgiditas Relatif
1. Buatlah
potongan daun R. discolor dengan menggunakan alat pengebor gabus
berdiameter 0,8 – 1 cm sebanyak 10 potong
2.
Masukkan segera potongan daun tadi ke dalam botol timbang dan tutuplah dengan
rapat
3.
Timbanglah botol bersama potongan daun tadi untuk mengetahui berat aun debagai
berat basah (BS)
4.
Masukkan potongan daun ke cawan petri yang elah berisi air suling
(akuadestilata), kemudian tutup dan taruh di dekat jendela atau di bawah ainar
lampu neon selama 2 hingga 3 jam
5. Ambillah potongan daun tersebut dan hilangkan
kelebihan airnya dengan menggunakan kertas saring, kemudian timbanglah potongan
daun ini sebagai berat turgid (BT)
6. Keringkan
potongan daun tadi dalam oven, kemudian timbanglah potongan daun itu sebagai berat kering (BK)
7.Tentukan
turgor relatif (TR) daun tanaman uji tersebut dengan mengunakan rumus sebagai berikut:
BS - BK
TR
=
X 100%
BT – BK
|
Keterangan : BS
= berat segar atau beat basah
BT = berat turgid
BK = berat kering
D4.
Mengukur Potensial Osmotik (PO) Sel Cara Pengamatan Plasmolisis
1. Isilah
seri botol vial masing-masing dengan 5 ml larutan sukrosa (satu botol untuk satu macam konsentrasi)
2.
Buatlah sayatan permukaan epidermis bawah daun R. discolor, kemudian potong-potong
sampai mendapat ukuran paling sedikit mengandung 25 sel
3.
Masukkan 2 sampai 3 sayatan daun ke
dalam setiap botol vial berisi larutan sukrosa, dan biarkan selama 30 menit
4. Periksa sayatan daun itu di bawah mikroskup
dan amati apa yang terjadi. Gambarlah hasil pengamatan Anda.
5.
Carilah konsentrasi sukrosa di mana 50% jumlah sel telah mengalami plasmolisis.
Data hasil pengamatan dapat dituangkan
dalam tabel seperti berikut ini:
No.
|
Konsentrasi Larutan
|
Prosentase Jumlah Sel yang Mengalami
Plasmolisis
|
1
|
0,14 M
|
|
2
|
0,16 M
|
|
3
|
0,18 M
|
|
4
|
0,20 M
|
|
5
|
0,22 M
|
|
6
|
0,24 M
|
|
7
|
0,26 M
|
|
E. Pertanyaan
1.
Mengapa membran K-permanganat terus menur pecah dan terbentuk kembali?
2. Larutan apakah yang berada di sebelah dalam
membran tadi?
3. Zat apakah yang dapat melalui membran
tersebut ? Jelaskan !
4. Pada konsentrasi berapa jumlah sel yang
berplasmolisis paling banyak ? Jelaskan !
ACARA III
POTENSIAL AIR
A.
Pendahuluan
Potensial
air (PA) menggambarkan kemampuan molekul air untuk melakukan difusi. Dalam
kondisi sama, volume besar air memiliki
kelebihan energi bebas dari pada dalam volume kecil. Potensial air dapat
meningkat jika ada tekanan, selanjtnya akan meningkatkan kemampuan difusi dalam
larutan atau air murni.
Dengan
konsep potensal air dapat digambarkan proses osmosis yang terjadi dari larutan
yang hipertonis menuju larutan yang hipotonis, bila potensial air larutan
hipertonis lebih besar dari larutan hipotonis. Hal ini hanya dapat terjadi
bila larutan hipertonis mendapat
tambahan tekanan yang dapat meningkatkan potensial airnya.
Potensial
air yang paling tinggi adalah pada air murni, yakni 0 (nol) atmosfer. Oleh
karena itu, potensial air todak murni selalu lebih kecil dari nol atau bernilai
negatif (-1,-2, -3 dan seterusnya)
Adanya
tekanan, yang kemudian disebut potensial tekanan (PT) dapat meningkatkan potensial air. Di dalam
kehidupan tumbuhan, poensial tekanan dapat terjadi dalam bentuk tekanan turgor.
Nilao potensial tekanan dapat positif (+), 0 (nol), atau negatif (-).
B.
Tujuan
1.
Mengetahui potensial air umbi kentang ( umbi jalar atau umbi bengkuang)
2. Mengetahui
potensial air daun tumbuhan dengan cara Shardakov.
C.
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
1. Alat pengebor gabus
2.
Silet
3.
Botol bermulut lebar 50 ml
4.
Mistar dengan
skala mm (kaliper)
5.
Set pipet tetes (6 buah)
5.
Set mikropipet (6 buah)
6.
Set tabung vial ( 6 buah)
|
1.
Seri larutan sukrosa:
0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8;
0,9; 1,0 M
2.
Kristal Metilen –Blue
3.
Umbi-umbian (umbi jalar, kentang, atau
bengkuang)
4.
Daun tumbuahan segar
|
D.
Cara Kerja
D1.
Mengukur Potensial Air Umbi Kentang/Ubi
Jalar/Umbi Bengkuang
1.
Buatlah silinder umbi dengan menggunakan pengebor gabus, kemudian potong - pototonglah
unuk menghasilkan potongan - potongan setebal
40 mm
2.
Isilah seri botol maisng-masing dengan 30 ml larutan sukrosa (satu botol untuk
satu macam onsentrasi)
3.
Masukkan 4 potongan umbi ke dalam botol tadi
4.
Tutuplah botol dengan alumnium foil selama 2 jam
5.
Setelah 2 jam, potongan umbi diambil dan ukurlah panjangnya masing-masing
sampai mendekati desimal 0,5 mm dengan mengunakan kaliper.
6.
Hitung panjang rata-rata silinder umbi dari masing-masing perlakuan konsentrasi
sukrosa
7.
Buatlah grafiknya untuk menentukan (estimasi) harga potensial air jaringan umbi
tersebut. Daftar molar dan harga potensial osmosis larutan sukrosa dapat
dilihat pada Lampiran 1.
D2.
Mengukur Potensial Air Daun Tumbuhan
dengan Cara Shardakov
1.
Isilah seri tabung vial masing-masing dengan 10 ml larutan sukrosa (satu tabung
untuk satu macam konsentrasi sukrosa)
2.
Potong-potonglah daun tumbuhan dengan menggunakan pengebor gabus
3.
Masukkan 10 hingga 15 potongan daun ke dalam masing-masing tabung vial tadi
4.
Tutuplah dan biarkan selama 80 menit,
goyang-goyangkan secara perlahan setiap 20 menit
5.
Setelah 80 menit, keluarkan potongan daun dari tabung dengan menggunakan
pinset. Usahakan satu pinset hanya digunakan untuk satu macam konsentrasi.
6.
Ujilah larutan sisa dengan larutan asal yang sudah diwarnai dengan metilen – blue
7.
Teteskan dengan perlahan-lahan larutan pengetes ke dalam larutan asaml dan
amati gerakan larutan pengetes tadi (terapung, melayang, atau tenggelam).
Tabel pengamatan dapat dibuat seperti
sebagai contoh berikut:
No.
|
Konsentrasi Sukrosa
|
Gerakan Larutan Pengetes
|
1.
2.
3.
.......
|
.....................
.....................
.....................
.....................
|
|
E.
Pertanyaan
1.
Definisikan kembali apa yang dimaksud dengan potensial air
2.
Jelaskan kelemahan dari masing-masing cara pengukuran potensilal air tersebut
di atas (Cara D1 dan D2)
ACARA IV
ANGKUTAN AIR
A.
Pendahuluan
Aktivitas
hidup tumbuhan mengeluarkan air ke
atmosfer dalam bentuk uap air. Prosesnya disebut transpirasi. Banyaknya air
yang dikeluarkan melalui proses bagi tumbuhan berbeda pada setiap spesies yang
berbeda. Transpirasi dapat terjadi melalui stomata, kutikula dan lentisel.
Dengan demikian maka dikenal transpirasi stomata, transpirasi kutikula, dan
transpirasi lentisel. Organ tumbuhan yang paling besar perannya dalam proses
transpirasi adalah daun. Hal ini karena pada daunlah stomata paling banyak
terdapat. Di samping itu, transpirasi melalui stomata paling banyak dilakukan
dibanding melalui kutikula ataupun lentisel.
Transpirasi
penting artinya bagi tumbuhan, karena dapat meningkatkan laju angkutan air dan
garam mineral dari tanah, akar dan ke organ
tumbuhan bagian atas. Arti penting lainnya adalah mengatur turgor
optimum di dalam sel tumbuhan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi laju
transpirasi, yaitu radiasi sinar matahari, kelembabab lingkungan, angin, suhu,
dan kondisi air tanah. Khusus dari faktor radiasi, pengaruhnya terhaap
transpirasi adalah berkaitan dengan pengaruna terhadap membuka dan menutupnya
stomata. Oleh karena itu dengan membukannya stomaa pada siang hari, maka
transpiasi berjalan terutama pada siang hari.
Laju
transpirasi dapat diukur dengan menggunakan alat potometer atau dengan cara
menimbangan. Cara penimbangan lebih memberikan hasil yang lebih baik dari pada dengan potometer, karena pada
potometer yang terukur bukan saja air
yang hilang karena transpirasi tetapi juga air yang hilang karena digunakan
dalam proses metabolisme tumbuhan tersebut.
B.
Tujuan
1. Mengetahui
jumlah kehilangan air pada tumbuhan melalui transpirasi
2. Mengetahui pengaruh ukuran dan susunan lubang
sebagai model variasi stomata terhadap kecepatan penguapan air
3. Mengeahui laju transpirasi karena pengaruh
membuka dan menutupnya stomata.
C.
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
C1. Pengukuran
Transpirasi
denganCara Penimbangan
1. Erlenmeyer 250 ml (2)
2. Tutup gabus (2)
4. Alat timbang
C2. Penguapan Air
Melalui
Lubang-lubang Kecil
1. Erlenmeyer 250 ml (5)
2. Jarum
3. Alat timbang
4. Kaliper
C3. Prilaku Membuka
dan
Menutupnya Stomata
1. Erlenmeyer 100 ml (1) + gabus
2. Jarum suntik
3. Timbangan semi analitik
|
1.
Sepotong tanaman
2.
Air
3.
Vaselin
1.
Vaselin
2.
Kertas aluminium foil (5)
3.
Air
1.
Kertas aluminium foil
2.
Tanaman Acalypha sp.
3.
Vaselin
4.
Air
|
D.
Cara Kerja
D1.
Mengukur Laju Transpirasi dengan Cara
Penimbangan
1. Ambillah sepotong tanaman Acalypha sp. dengan panjang 40 cm
2. Isilah erlenmeyer dengan air sampai
setenganya
3.
Masukkan potongan tanaman tadi melalui lubang tutup gabus, usahakan sampai tidak ada penguapankecuali melalui
tanaman
4. Timbanglah erlenmeyer beserta tanaman
percobaan dan catat beratnya
5. Satu
percobaan diletakkan di luar gedung (terkena sinar matahari) dan satunya lagi
di dalam ruangan.
6. Timbanglah kembali setelah 0,5 atau 1 jam dan catat beratnya
7.
Ukurlah luas total daun tanaman percobaan setelah penimbangan terakhir.
D2.
Pengaruh Ukuran dan Susunan Lubang terhadap
Laju Evaporasi
1.
isilah erlenmeyer dengan air sampai setengahnya
2.
Tutuplah erlenmeyer dengan kertas aluminium foil
3. Lubangilah
(tutup) kertas aluminium foil dengan menggunakan jarum yang diketahui
diameternya. Usahakan agar lubangnya tepat berada di tengah mulut erlenmeyer.
4. Usahakan tidak ada penguapan, kecuali melalui
lubang yang dibuat tadi
5. Timbanglah erlenmeyer tersebut
6. Biarkan sampai satu minggu
7.
Timbang kembali botol setelah satu minggu.
Tabel pengamatan dapat dibuat seperti
contoh berikut:
No.
|
Perlakuan
|
Berat Awal
|
Berat Akhir
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
1
lubang kecil
1
lubang besa
4
lubang kecil dengan jarak 1 cm
4
lubang kecil dengan jarak 3 mm
7
lubang kecil dengan jarak 1 cm
Tidak
ditutup (terbuka)
|
|
|
D3.
Prilaku Membuka dan Menutupnya Stomata
1. Isilah botol erlenmeyer dengan air sampai ¾
volumenya
2. Tutuplah botol dengan kertas aluminium foil
3. Potonglah
satu helai daun Acalipha sp. Dan
masukkan ke dalam air sesegera mungkin
4.
Masukkan tangkai daunnya ke dalam erlenmeyer melalui lubang kertas aluminium
5. Aturlah dengan jarum suntik supaya tekanan
dalam erlenmeyer sama dengan tekanan atmosfer
6.
Tutuplah lubang dimana tangkai daun dan
jarum suntik dimasukkan, dengan menggunakan vaselin.
7. Timbanglah masing-masing botol percobaan
8. Amati dan catat perubahan berat setiap botol
percobaan ersebut setelah setiap 5
menit.
9. Lakukan pencatatan sampai minimal 3 kali.
E.
Pertanyaan
1. Jelaskan
kelemahan dari cara pengukuran laju transpirasi yang telah Anda lakukan
tersebut.
2. Sebutkan faktor internal dan faktor eksternal
yang mempengaruhi laju transpirasi suatu tanaman.
3.
Terangkan faktor yang mengkontribusimembukanya stomata
ACARA V
HUBUNGAN AIR DAN TANAH
A.
Pendahuluan
Tanah
merupakan media yang sangat penting bagi tumbuhan, karena di samping sebagai
penyangga berdirnya tumbuhan, juga sebagai sumber mineral, bahan organik yang
sangat diperlukan tumbuhan, dan air yang merupakan kebutuhan vital tumbuhan.
Air adalah salah satu komponen penting dalam tanah yang dapat menentukan suatu
tumbuhan dapat tumbuh dengan atau sebaliknya. Air mutlak diperlukan oleh
tumbuhan dan diperoleh dari dalam tanah.
Kandungan
atau kadar air dalam tanah dapat ditentukan
atau diukur dengan berbagai macam parameter. Sedangkan hubungan tanah
dengan air dapat diukur dengan cara
pengamatan gerak kapiler air pada tanah dan kadar air tanah pada kapasitas
lapang.
Di
dalam tanah, air terikat dengan daya
absorpsi atau tekanan hidrostatik. Air dapat meningalkan tanah dengan penguapan, gravitasi atau diabsorpsi oleh akar tumbuhan. Karena penyerapan air
oleh akar tumbuhan terjadi melalui
proses osmosis, maka potensial air tanah merupakan faktor penting dalam hubungan tumbuhan dengan air tanah.
B.
Tujuan
1. Menetahui dan mengukur gerak kapiler pada tanah
2. Mengetahui dan mengukur kadar air tanah pada
kapasitas lapang
C.
Alat dan Bahan
C1. Gerak Kapiler pada Tanah
1. Pipa gelas berdiameter 3 cm dan
panjang 1 m (3) dan 0,5 m (3)
2. Contoh tanah tiga macam (pasir,
lempung, dan tanah liat)
3. Kain kasa
4. Gelas piala (3)
5. Statif dan klemnya
|
D.
Cara Kerja
D1. Gerak Air Kapiler pada Tanah
1. Keringkan
ke tiga macam tanah (pasir,lempung an liat), kemudian hancurkan dan ayaklah
2. Masukkan
masing-masing tanah tersebut ke dalam pipa gelas sampai hampir penuh
3. Tutuplah
bagian bawah pipa gelas dengan kain kasa
4. Masukkan
masing-masing pipa gelas yang berisi tanah tadi ke dalam gelas piala yang
berisi air. Gunakan statif untuk menyangga pipa gelas tadi dan usahakan berdiri
tegak.
5. Amatilah
kenaikan air kapiler pada masing-masing pipa gelas untuk tipe (macam) tanah
yang berbeda.
6. Ukurlah tinggi air kapiler pada masing-masing
pipa gelas (tipe tanah yang berbeda)
7. Usahakan
selama percobaan tinggi air dalam gelas tetap sama (perlu dikontrol tiap hari
untuk meambahkan lagi air)
Tabel pengamatan dapat dibuat seperti
contoh sebagai berikut:
No.
|
Macam Tanah
|
Ketinggian Air kapiler
|
1.
|
Pasir
|
|
2.
|
Lempung
|
|
3.
|
Liat
|
|
D2. Kadar Air Tanah pada
Kapasitas Lapang
1. Keringkan
ke tiga macam tanah (pasir,lempung an liat), kemudian hancurkan dan ayaklah
2. Tutuplah
bagian bawah pipa gelas dan masukkan ke tiga contoh tanah masing-masing ke
dalam pipa gelas sampai setinggi 8 hingga 10 cm dari bagian atas gelas.
3. Tutuplah
permukaan tanah dengan kapas setebal 0,5 – 1 cm
4. Pasanglah pipa gelas dengan tegak pada statif
5. Tuangkan air secukupnya pada bagian atas pipa
gelas dan ditutup dengan penutup longgar
6. Biarkan
air mersap ke dalam tanah
7. Amati setiap hari dan ukur serta catatlah
pertambahan tanah basah setiap hari sampai batas basah tidak turun lagi
8. Bila batas
basah tanah sudah tidak turun lagi,
ambillah sebagian tanah dan timbanglah sebagai berat basah.
9. Setelah
ditimbang berat basahnya, tanah contoh tadi dikeringkan dalam oven, kemudian
timbanglah berat keringnya.
Berat
yang hilang adalah air yang terkandung oleh tanah tersebut.
Tabel pengamatan dapat dibuat seperti
contoh sebagai berikut:
No.
|
Macam Tanah
|
Berat Basah (gram)
|
Berat Kering (gram)
|
1.
|
Pasir
|
|
|
2.
|
Lempung
|
|
|
3.
|
Liat
|
|
|
E. Pertanyaan
1. Terangkan
pengaruh kelas pertikel tanah terhadap kapilaritas air tanah tersebut
2. Jelaskan
pengaruh kelas petikel tanah terhadap
hubungan antara potensial air tanah dan kapasitas lapang tanah tersebut.
ACARA VI
RESPIRASI
A.
PENDAHULUAN
Respirasi
adalah salah satu bentuk aktivitas yang dilakukan oleh organisme, termasuk
tumbuhan. Proses utama respirasi adalah mobilisasi senyawa organik dan oksidasi senyawa-senyawa tersebut secara
terkendali untuk membebaskan energi bagi pemeliharaan dan perembangan tumbuhan atau organisme lainnya secara umum.
Reaksi
respirasi disebut juga rekasi oksidasi biologis suatu karbohidrat, misalnya
glukosa. Reaksi keseluruhan dari
oksidasi satu heksosa adalah sebagai
berikut:
C6H6O6
+ 6O2
6 CO2 + 6 H2O
+ energi
Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi respirasi pada tumbuhan. Salah satunya adalah ketersediaan oksigen
(O2). Suplai oksigen mempengaruhi respiras, tetapi pengaruhnya
sangat berbeda dalam organ yeng berbeda dalam tumbuhan yang sama. Kadar oksigen
dalam udara terlalu kecil untuk dapat mempengaruhi respirasi sebagian besar
daun dan batang.
Untuk
mengukur laju respirasi tumbuhan dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satu
alat (cara sederhana) yang dapat dipergunakan adalah respiromeer Ganong.
B.
Tujuan
1. Menetahui
banyaknya O2 yang dikonsumsi oleh kecambah dengan menggunakan
respirometer Ganong.
2. Menentukan laju oksidasi (masa glukosa yang
diksidasi oleh setiap gram kecambah
selama satu jam).
C.
Alat danBahan
1. Respirometer Ganong 3. Larutan KOH
2. Corong 4. Biji
kedelai yang baru berkecambah
|
D.
Cara Kerja
1. Siapkan
sebuah set respirometer Ganong.
2. Masukkan 2
gram kecambah muda ke dalam ruang respirometer Ganong
3. Usahakan
supaya udara dalam respirometer pada keadaan atmosfer
4. Isilah
bagian pipa berskala dengan KOH 10% secukupnya dan aturlah permukaan KOH pada skala 100.
5. Putarlah
sumbatnya 30 menit dan perhatikan permukaan KOH pada pipa berskala.
6. Biarkan
selama 30 menit dan perhatikan permukaan KOH pada pipa berskala.
7. Aturlah permukaan KOH bila terjadi perubahan,
agar permukaan KOH berada pada satu level.
8. Ukurlah
tinggi perubahan permukaan KOH pada pipa berskala.
9. Tentukan
berapa mg bahan yang dioksidasi, seandainya bahan tersebut berupa glukosa,
untuk setiap gram kecambah per jam.
Catatan:
Perubahan
tinggi KOH pada pipa berskala menunjukkan banyaknya O2 yang
dikonsumsi oleh kecambah tadi.
E.
Pertanyaan
1. Jelaskan
fungsi KOH dalam pengamatan respirasi yang Anda lakukan itu
2. Jelaskan kelemahan dari cara pengukuran respirasi
yang Anda lakukan itu
ACARA VII
PIGMEN FOTOSINTESIS
A.
PENDAHULUAN
Fotosintesis
merupakan proses pembentukan zat organik
oleh tumbuhan yang berhijau daun
dengan bantuan energi sinar matahari. Reaksi umum yang terjadi dalam
peristiwa fotosintesis ini adalah sebagai berikut:
Energi sinar matahari
6
CO2 + 12 H2O
C6H12O6 + 6O2 + 6 H2O
Klorofil
Sumber
energi bagi semua kehidupan di muka bumi ini adalah matahari. Energi matahari
dimanfaatkan oleh tumuhan berklorofil untuk membentuk karbohidrat. Oleh karena
itu semua organisme hidup baik secara langsung maupun tidak langsung
bergantung pada hasil fotosintesis.
Panjang
gelombang sinar matahari yang sampai ke
permukaan bumi hanya sebagian kecil saja, yaitu meliputi panjang gelombang 310
hingga 2300 nm. Cahaya tampak merupakan sebagian kecil dari sinar matahari yang
sampai ke permukaan bumi. Molekul yang mengabsorpsi cahaya tampak adalah pigmen
berwarna atau hitam. Elektron yang biasanya tereksitasi adalah elektron yang tidak stabil (mobil) yang berasosiasi dengan ikatan
rangkap tak jenuh. Misalnya klorofil, mempunyai
ketidakjenuhan yang tinggi dan mengabsorpsi cahaya yang sangat efisien, terutama cahaya biru dan merah.
Senyawa
kimia yang penting dalam mengubah energi sinar matahari menjadi energi kimia
pada tumbuhan tingkat tinggi adalah
pigmen-pigmen yang tedapat dalam kloroplas. Tumbuhan tingkat tinggi mengandung
pigmen fotosintesis yaitu klorofil a yang berwarna hijau, klorofil b berwarna
hijau biru, dan karotenoid yang berwarna kuning sampai jingga. Karotenoid yang paling banyak ditemukan dalam tumbuhan adalah ß-karoten dan lutein.
Pigmen-pigmen tersebut tedapat di dalam kloroplas, yaitu pada membran
interna yang disebut tilakoid. Tilakoid
dapat menumpuk kemudian membentuk apa
ang dikenal dengan istilah grana (tilakoid grana).
A.
TUJUAN
1. Mengetahui
macam-macam pigmen dalam ekstrak
ekstrak daun melalui teknik kromatografi kertas.
2. Menghitung kadar klorofil a dan klorofil b
dari ekstrak daun berdasarkan absorbansinya pada panjang gelombang ( ג ) 469 nm dan 665 nm.
C.
Alat danBahan
C1. Pemisahan Pigmen Fotosintesis dengan
Kromatogafi Kertas
1. Mortil dan postelnya
2. Cawan petri
3. Jepitan kertas
4. Timbangan
|
5. Kertas saring (3 x 15 ) cm2
6. Alkohol 95%
7. Daun hijau
|
C2. Penentuan Kadar Klorofil dengan
Teknik Spektrofotometri
1. Mortil dan postelnya
2. Labu ukur 100 ml
3. Saringan Buchner lengkap dengan
botol aspiatornya
4. Timbangan
|
5. Pompa pengisap
6. Cuvet
7. Spektrofotometer
8. Alkohol 95%
9. Daun hijau
|
D.
CARA KERJA
D1.
Pemisahan Pigmen dengan Kromatografi Kertas
1.
Timbanglah 1 gram daun hijau segar, kemudian geruslah dalam mortil bersama dengan 25 ml alkohol 95%.
2. Biarkan ekstrak daun tersebut beberapa menit
sampai ampas daunnya mengendap.
3.
Tuanglah bagian ekstrak daun tersebut ke dalam cawan petri.
4.
Ambillah kertas saring dengan salah satu ujungnya dijepit dengan menggunakan penjepit atau pinset.
5. Celuplah ujung kertas saring ke dalam ekstrak
daun tadi.
6.
Biarkan beberapa saat sampai terlihat pemisahan pigmen yang terkandung
di dalamnya.
7. Amatilah berapa macam pigmen yang didapat
dari ekstrak daun tersebut.
D2.
Penentuan Kadar Klorofil dengan Teknik Spektrofotometri
1.
Timbanglah 1 gram daun hijau segar, kemudian geruslah dalam mortil bersama dengan alkohol
95% sampai diperkirakan seluruh klrorofil terlarut.
2. Saringlah
ekstrak daun tadi dengan penyaring Buchner, kemudian masukkan ke dalam labu
ukur 100 ml.
3.
Tambahkan dengan alkohol 95% sampai
batas batas 100 ml.
4.
Ukurlah absorbansinya (optical density) larutan ekstrak daun tersebut pada
panjang gelombang ( ג )
649 nm dan 665 nm.
5.
Hitunglah kadar klorofil a dan klorofil b dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (dari Wintermann & de Mats, 1965):
a. Klorofil a : 13,7 OD665 – 5,76 OD649 (mg/liter)
b. Klorofil b : 25,8 OD649 – 7,70 OD665 (mg/liter)
c. Klorofil total : 20,0 OD649 + 6,10 OD665 (mg/liter)
E.
Pertanyaan
1.
Jelaskan mengapa Anda menggunakan
panjang gelombang ( ג )
649 nm dan 665 nm. Pada pengukuran OD dari ekstrak daun yang Anda lakukan
tersebut?
2.
Sebutkan pelarut organik lain apa saja (selain etanol) yang dapat dipergunakan
untuk menarik kandungan klorofil daun tanaman?
ACARA VIII
LAJU FOTOSINTESIS DALAM
KLOROPLAS
A.
Pendahuluan
Fotosintesis
merupakan proses pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia. Energi kiimia
ini selain digunakan untuk keperluan tumbhan itu sendiri juga merupakan sumber
energi bagi organisme lain. Oleh karena itu, kloroplas merupakan pabrik bahan
kimia yang mensuplai semua materi organik bagi organisme hidup.
Ada dua
tahap dalam proses fotosintesis, yakni reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi
terang melibakan proses fotolisis air dengan bantuan energi cahaya dan klorofil. Cahaya yang berupa gelombang
elektromagnetik (photon) ditangkap oleh antena yang diteruskan ke pusat reaksi
P700, yang menyebabkan elektron
tereksitasi pada tingkat energi yang tinggi. Elektron ini selanjunya akan
ditangkap oleh aseptor primer dan diteruskan ke feredoksin, plastokuinon,
kompleks sitokrom, plastosianin dan kembali ke pusat rekasi P700, pada fotofosforilasi siklik.
Pada fotofosforilasi non-siklik,
elektron yang tereksitasi pada pusat reaksi P700, akan diterima oleh aseptor primer
diteruskan ke feredoksin dilanjutkan ke
NADP+
untuk membentuk NADPH dengan penambahan
ion H+ oleh NADP+ reduktase. Kekosongan elektron pada
pusat reaksi P700 ini
diisi oleh elektron dari fotosistem II.
Sedangkan kekosongan elektron pada fotosisem II diisi oleh elektron dari
hasil pemecahan air oleh klorofil dengan bantuan cahaya matahari. Dalam
proses transpor elektron tersebut terjadi penurunan tingkat
energi elektron, yang digunakan untuk
mementuk ATP dan NADPH. ATP dan ANDPH yang terbentuk kemudian digunakan untuk membentuk gula pada reaksi
gelap.
Dengan
demikian, dalam proses fotosintesis selalu terjadi pelepasan elektron. DCPIP
(1,3 – dichlorophenol indophenol) adalah senyawa indikator untuk mengukur laju
fotosintesis. DCPIP berwarna biru dalam keadaan teroksidasi. Warna tersebut
akan hilang dalam keadaan tereduksi, yakni dengan adanya penambahan elektron.
Kloroplas bila ditambahkan DCPIP teroksidasi akan berwarna biru tua. Ketika
fotosintesis telah berlangsung, elektron dilepaskan, maka warna biru akan
memudar, bahkan akan hilang dan kloroplas kembali berwarna hijau. Derajat
kebiruan warna tersebut dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Laju
fotosintesis selajan dengan hilangnya derajat kebiruan warna tersebut.
B.
Tujuan
Mengukur laju fotosintesis dalam koroplas
C.
Alat dan Bahan
1.
Spektrofotometer dan cuvet
2. Tabung reaksi
3. Gunting atau pisau
4. Penggerus atau mortal
5. Gelas kimia
6. Tabung sentrigasi
7. Alat centrifuge
8. Termometer
9. Lemari es
10.
Water bath
|
11.
Sumber cahaya
12.
Kain katun
13. Kertas tissue dan kertas saring
14. Air dan es batu
15. Daun kangkung segar
16. Aluminium foil
17. KCl dan buffer phosphate
18.
Prophylene glycol
19.
DCPIP
(1,3-dichlorophenol
indophenol)
|
D.
Cara Kerja
D1. Persiapan
1. Timbang 15 helai daun kangkung segar, cuci dalam air
dingin dan keringkan dengan menggunakan kertas saring.
2. Potong-potong
daun tadi menjadi berukuran kecil-kecil
dengan menggunakan gunting atau
pisau.
3. Gerus
potongan daun tersebut dalam mortal yang sebelumnya telah didinginkan dalam
lemari es dan penggerusan uga dilakukan dalam kondisi dingin.
4. Tambahkan 25 ml medium penggerus.
5. saring
suspensi tersebut dengan selembar kain katun ke dalam gelas kimia yang dipendam
dalam es, peras perlahan kain katun tersebut.
6. Pindahkan 200 gram supernatan tersebut ke
dalam dua tabung sentigasi dingin dan lakukan centrifuge pada suhu 4oC
selama 5 menit.
7. Pindahkan supernatan tersebut ke dalam dua
tabung sentrigasi dingin dan lakukan lagi centrifuge pada suhu 4oC selama 10 menit.
Kloroplas adalah bagian yang berbentuk pellet.
8. Buanglah supernatannya, dan letakkan tabung
berisi kloroplas dalam es.
9. Tambahkan 7,5 ml prophylen glycol dingin untuk setiap
tabung, kocok perlahan-lahan sehingga
suspensi merata.
10. Tuangkan kedua suspensi tersebut ke dalam
tabung yang lebih besar , tutuplah mulut
tabung tersebut, dan bungkuslah dengan kertas aluminium foil kemudian simpan
dalam es di tempat gelap, lalu biarkan semalam.
D2. Pengukuran Laju Fotosintesis
1. Ambil 2 ml larutan kloroplas dan tempatkan
dalam water bath selama 10 menit untuk
mematikan kloroplas.
2. Bubuhkan
label pada ketiga tabung spektrofotometer dengan model tabel
eksperimenal sebagai berikut:
Nomor Tabung
|
Buffer phosphate
67 mM; pH 6,5
(ml)
|
0,5 KCl
(ml)
|
Kloroplas
(ml)
|
Kloroplas
Rebus
(ml)
|
Kontrol
|
3,75
|
0,5
|
-
|
0,5
|
2
|
3,75
|
0,5
|
0,5
|
-
|
3
|
3,75
|
0,5
|
0,5
|
-
|
Catatan: Resuspensi kloroplas dapat dilakukan dengan cara membalikkan
tabung pelan-pelan.
3.
Stel panjang gelombang spektrofotometer
pada panjang gelombang 660 nm.
4.
Set spektrofotometer pada posisi nol
dengan tabung kontrol.
5.
Tambahkan 0,75 ml DCPIP 0,01% pada tabung 2, kocok perlahan, segera baca
absorbannya pada spektrofotometer. Letakkan tabung tersebut dalam gelas kimia berjarak 10 cm dari sumber cahaya 25 W, catat
waktu sejak penyinarannya.
6.
Tambahkan 0,017% DCPIP ke dalam tabung 3, kocok perlahan dan segera baca
absorbannya pada spektrofotometer.
Letakkan tabung tersebut pada tempat gelap, catat waktu sejak mulai
penempatannya.
7.
Baca absorbansinya pada spektrofotometer
setiap 5 menit dan kembalikan pada tempat semula hingga tidak ada perubahan absorbansi pada
tabung 3.
8. Setiap eksperimen dilakukan duplo
9. Plotkanlah laju fotosintesis dari dua tabung tersebut.
Pengembangan: Variasikan panjan gelombang, intensitas cahaya
dan konsentrasi kloroplas yang digunakan.
E. Pertanyaan
1.
Tuliskan ringkasan persamaan reaksi fotosintesis
2.
Uraikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi laju
fotosintesis
ACARA IX
LAJU DAN POLA
PERTUMBUHAN PADA SUATU JENIS TANAMAN
A.
Pendahuluan
Salah
satu bentuk aktivitas tumbuhan adalah tumbuh dan berkembang selama hidupnya.
Tumbuh dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi pada tumbuhan
atau organisme lainnya secara
kuantitatif dan bersifat “irreversible”. Perubahan-perubahan tersebut
menyangkut volume, massa, panjang, lebar, dan tinggi tumbuhan atau bagian
(organ) tumbuhan itu sendiri. Sedangkan, perkembangan lebih menunjukkan kepada
perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif di antara sel, jaringan, dan organ yang lebih dikenal dengan
sebutan diferensiasi.
Pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan sangat kompleks
sifatnya. Dengan melibatkan parameter lingkungan seperti cahaya, suhu,
air, dan lain-lain, suatu model
pertumbuhan sederhana dari suatu bagian tertentu tumbuhan seperti akar,
batang, daun, pucuk, dan internodus
telah dilakukan. Suatu ola pertumbuhan yang khas dari suatu tanaman
semusim, dapat dilihat pada grafik berikut ini.
_
c
_
_
_
_ b
_
_
_ a
|
| | | | | | | |
| |
Gambar 1. Grafik
pertumbuhan tanaman semusim
B.
Tujuan
1. Mengukur kecepatan pertumbuhan suatu jenis tumbuhan
2. Mengetahui bentuk
kurva pertumbuhan suatu jenis tumbuhan
C.
Alat dan Bahan
1. Mistar berskala mm atau
jangka sorong
2. Marking pen
3. Tanaman atau bagian
tanaman
D.
Cara Kerja
1.
Pilih satu tanaman perdu yang sehat di kebun. Tanaman harus cukup mendapat
sinar matahari dan cukup memperoleh air.
2. Pilih bagian tanaman yang akan digunakan
sebagai obyek pengamatan, misalnya daun, ruas batang atau bagian-bagian lainnya
yang pertumuhannya terbatas (determinate)
3. Langkah pengamatan:
a. Daun
Ukurlah panjang dan lebar daun setiap hari
pada waktu yang sama.
b. Batang:
Berilah tanda dengan
menggunakan marking pen untuk menghasilkan suatu panjang segmen pada organ
batang termuda dan kemudian ukur pertambahan panjang segmen batang yang
tertandai tersebut setiap hari.
3. Lakukan pengamatan sampai ukuan organ
pengamatan tersebut konstan
4.
Plotkan data pada kertas grafik, kemudian buatlah gambar grafik pertumbuhan
organ tanaman tersebut..
E.
Pertanyaan
1.
Jelaskan keterbatasan dari teknik pengukuran pertumbuhan tanaman yang telah
Anda lakukan itu.
2. Gambarkan grafik pola pertumbuhan yang umum terjadi pada tumbuhan
tingkat tinggi
ACARA X
FOTOTROPISME
A.
Pendahuluan
Gerak
pada tumbuhan yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan pada tumbuhan dikenal
dengan istilah tropisme. Gerak pertumbuhan tumbuhan yang arahnya dipengaruhi
oleh cahaya disebut fototropisme.
B.
Tujuan
Menunjukkan pengaruh
cahaya terhadap arah pertumbuhan suatu tanaman.
C.
Alat dan Bahan
1. Botol atau Gelas piala
2.
Kertas karbon atau
aluminium foil
|
1. Kapas
2. Biji kacang kedelai
|
D.
Cara Kerja
1. Pilih biji kacang kedelai yang bagus, dengan
cara merendamnya selama 2 jam. Biji yang tenggelam merupakan biji yang bagus,
yang kita pilih untuk percobaan.
2.
Siapkan 3 botol bersih yang sudah dialasi begian bawahnya dengan kapas dan
dibasahi dengan air akuades secukupnya.
3.
Masukkan ke dalam masing-masing botol tersebut 10 biji kacang kedelai perpilih
dan tutuplah bagian atas botol dengan kapas atau aluminium foil
4.
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap tanaman (kecambah) percobaan,
sebaiknya botol, kapas dan ahan lainnya yang dgunakan disterilkan terlebih
dahulu, sedangkan biji disucihamakan, misalnya dengan menggunakan kloroks.
5.
Buatlah perlakuan terhadap botol percobaan sebagai berikut:
a.
Botol 1 ditutup dengan eluminium foil sehingga tidak ada cahaya yang masuk ke
dalam botol
b.
Botol 2 ditutup dengan aluminium foil seperti di atas, tetapi diberi lubang
sedikit pada pinggiran botol.
c.
Botol 3 dibiarkan terbuka
6. Setelah satu minggu, amati tanaman percobaan.
Bagaimana perbedaan pertumbuhan (laju dan
arah pertmbuhan) dari ke tiga perlakuan tersebut?
E.
Pertanyaan
1.Terangkan
mekanisme pengaruh cahaya terhadap kerja hormon pertumbuhan sehingga
mempengaruhi arah pertumbuhan tanaman tersebut.
2.
Sebutkan hormon lain yang kerjanya antagonis dengan hormon yang dimaksud pada
soal nomor 1 tersebut di atas.
ACARA XI
PENGARUH ZAT PENGATUR
TUMBUH TERHADAP PERKECAMBAHAN
A.
Pendahuluan
Salah
satu ciri utama tumbuhan sebagai organisme hidup adalah tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan tumbhan terlebih dahulu diawali oleh perkecambahan
biji. Biji tumbuhan berkecambah, kemudian tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, demikian pula
dengan perkecambahan biji. Zat pengatur
tumbuh dan perkembangan pada tumbuhan adalah meliputi hormon. Hormon sebagai
zat pengatur tumbuh dihasilkan atau disintesis
oleh tumbuhan pada bagian
tertentu dari tumbuhan tersebut,
kemudian diangkut ke tempat lain pda
tumbuhan tersebut. Untuk selajutnya, hormon tersebut bekerja melalui cara yang
khsusus pada konsenrasi yang rendah
untuk mengatur suatu pertumbuhan dan perkembangan atau tahap metabolisme
tetentu.
Beberapa
kelompok hormon yang telah diketahui adalah auksin, giberelin, sitokinin,
etilen, dan asam absisat (ABA). Beberapa diantaranya bersifat merangsang suatu
pertumbuhan atau perkembangan (promotor), sedangkan yang lainnya sebagai penghambat (inhibitor)
suatu proses. Ke lima macam zat pengatur
tumbuh tadi adalah termasuk hormon alami. Zat kimia yang sengaja dibuat oleh
manusia yang menyerupai hormon juga disebut zat pengatur tumbuh sintetetis.
Auksin,
zat pengatur tumbuh ini dapat mempengaruhi perpanjangan sel dan efek ini dapat
diamai pada pengaruhnya terhadap perpanjangan koleoptil. Giberelin dapat
merangang pembelahan sel dan efek ini dapat diamati pada efek pemberiannya yang
menyebabkan perpanjangan ruas yang berlebihan pada tanaman padi. Sitokinin,
diketahui penting untuk merangsang
pembelahan sel juga dan efeknya sering
diamati pada kultur sel yang diisolasi dari bagian. Etilen dapat merangsang
penuaan daun dan mempercepAt matengnya
buah. Zat pengatur tumbuh lainnya, seperti kaumarin adalah termasuk kategori
sebagai zat penghambat, sedangkan 2,4 – D, urea dan tiourea sebagai perangsang
suatu pertumbuhan.
B.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh berbagai zat pengatur tumbuh terhadap perkecambahan
biji Lactuca sativa.
C.
Alat dan Bahan
1. Cawan petri (6)
2. Pipet tetes (6)
3. Kartas saring
4. Coumarin 0,5 ppm
5. 2,4 –D 7,0 ppm
|
6. Urea 12,5 ppm
7. Thiourea 12,5 ppm
8. 2,4-dinitrofenol 12,5 ppm
9. Akuades
10. Biji Lactuca sativa
|
D.
Cara Kerja
1. Isilah
ke enam cawan petri yang alasnya telah dilapisi kertas saring masing-masing
dengan 5 ml larutan zat pegatur tumbuh (Setiap cawan petri diisi dengan satu
jenis zat pengatur tumbuh, masing-masing dengan menngunakan pipet yang
berbeda).
2. Masukkan 40 biji Lactuca sativa pada setiap cawan petri tadi (aturlah tata letak biji-biji itu dengan
menggunakan pinset bersih agar tidak tumpang tindih).
3. Simpanlah cawan percobaan tadi di tempat yang
gelap.
4.
Amati setiap hari selama satu minggu dan catatlah jumlah biji yang berkecambah
setiap harina.
5.
Hitunglah prosentase jumlah biji yang berkecambah pada masing-masing perlakuan.
6.
Bandingkan hasil pengamatan antar perlakuan tersebut.
E.
Pertanyaan
1.
Jelaskan mengapa dalam percobaan tersebut Anda tidak menggunakan nutrisi
tambahan dalam media perkecambahan?
2. Terangkan mekanisme (kerja) faktor pengatur
tumbuh dalam menginisiasi perkecambahan biji suatu tanaman
ACARA XII
PENGARUH KINETIN
TERHADAP PROSES PENUAAN TUMBUHAN
A.
Pendahuluan
Tumbuhan
dan bagian-bagiannya sejak dari
perkecambahannya tumbuh dan berkembang terus-menerus sampai akhirnya ia mati.
Akhir dari proses pertumbuhan dan perkembangan , ari dewasa sampai hilangnya
pengorganisasian dan fungsi pada
tumbuhan dikenal dengan istilah senesen atau penuaan.
Penuaan
berjalan dengan terjadinya penyusutan sturktur
dan rusaknya membran subseluler.
Masih dalam dugaan, bahwa vakuola
bertindak sebagai lisosom
mengeluarkan enzim hidrolitik
yang mencerna materi sel yang
tidak diperlukan lagi. Perubahan yang jelas
terjadi pada tumbuhan atau
bagiannya yang mengalami penuaan
adalah berkurangnya DNA, RNA, protein,
ion-ion anorganik, dan berbagai macam nutrien organik. Bahkan kemampuan berfotosintesis jauh berkurang dibanding
sebelumnya, sehingga semakin mempercepat
proses penuaan karena
menurunnya suplai kebutuhan yang
terpenuhi dari hasil fotosintesis.
Proses
penuaan pada tumbuhan atau suatu organ tumbuhan erat sekali hubungannya dengan
ada atau tidak adanya suatu zat pengatur tumbuh
pada jaringan suatu organ tumuhan tersebut. Terjadinya degradasi
klorofil merupakan salah satu indikator yang jelas terhadap terjadinya penuaan , terutama pada organ-organ yang menandung klorofil seperti daun. Untuk
mengetahui terjadinya degradasi klorofil dapat dilihat dari konsentrasi
klorofil sebagai parameternya.
Beberapa
zat pengatur tumbuh ada yang bersifat menghambat proses penuaan, tetapi ada
juga yang mempercepatnya. Sitokinin diketahui dapat menghambat atau
memperlambat proses penuaan. Sampai sekaang
belum diketahui dengan pasti
cara kerja sitokinin dalam penghambat
proses penuaan ini, namun diduga , bahwa stokinin menyebabkan terjadinya mobilisasi nutrien organik dan anorganik
menuju di mana sitokinin berada.
Tidak
semua tumbuhan memberikan respon yang
sama terhadap hormon
atau zat pengatur tumbuh . Sitokinin, lebih efektif menahan penuaan pada tumbuhan basah (herba), seperti bayam
dan rerumputan. Giberelin efektif menahan penuaan pada tumbuhan berkayu seperti
Taraxacum officinale dan Fraxinus sp. Auksin (IAA dan 2,4-D) menghalangi senesen
dengan konsentrasi efektif yang berbeda-beda menurut variasi jenis
tumbuhan. Etilen adalah hormon yang
dapat merangsang kuat senesen tumbuhan
tertentu atau pada banyak jaringan. Demikian pula, dengan zat pengatur
tumbuh lainnya, dapat merangsang proses
penuaan pada jenis tumbuhan tertentu, tetapi dapat sebaliknya (menghambat penuaan) pada jenis
tumbuhan yang lain. Terlepas dari faktor jenis hormon atau zat pengatur
tumbuh, konsentrasi masing-masing zat
tersebut juga dapat berpengaruh pada cepat atau lambatnya proses penuaan
tumbuhan.
B.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian kinetin (berbagai konsentrasi) terhadap
proses penuaan suatu tumbuhan.
C.
Alat dan Bahan
1.
Cawan petri (10)
2.
Pipet tetes
3.
Kartas saring
4.
Aluminium foil
5.
Mortil
6.
Penyaring Buchner
7.
Spektrofotometer dan cuvet
8.
Gunting atau alat bor gabus
|
9. Larutan kinetin:
0,05
ppm; 0,5 ppm; 5 ppm; dan
50
ppm
10.
Alkohol 95%
11.
2,4-dinitrofenol 12,5 ppm
12.
Akuades
13.
Tanaman di kebun
|
D.
Cara kerja
1. Pilih
dan ambil daun tanaman yang kena cukup cahaya matahari .
2. Siapkan 10 cawan petri dan susunlah dalam 5 kelompok
3. Isilah setiap cawan petri dengan kinetin
sebanyak 5 ml dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Ada satu cawan petri yang
hanya diisi dengan akuades.
4. Buatlah
potongan daun dengan diameter 1 cm dengan menggunakan alat pengebor gabus.
5. Masukkan
10 potongan daun ke dalam setiap cawan petri, kemudian tutuplah dengan kertas
yang telah dibasahi dan tutup lagi dengan kertas aluminium foil
6. Biarkan
selama satu minggu
7.
Ukurlah kadar klorofil sisa daun yang dipakai pada percobaan ini dengan
menggunakan spektrofometer, sebagai kadar klorofil awal.
8.
Setelah satu minggu, ukurlah kadar klorofil daun yang diperlakukan tersebut di atas dengan spektrofotometer, sebagai
kadar klorofil setelah perlakuan.
E.
Pertanyaan
1.
Sebutkan faktor luar apa saja yang dapat menghambat proses penuaan (senesen)
tumbuhan pada umumnya
2.
Jelaskan mekanisme kerja kinetin dalam mempengaruhi proses senese tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Noggle, G.R. & Fritz, G.J. (1991). Introductory Plant Physiology.
Prentice-Hall of India, New Delhi.
Salisbury, F.B. & Ross, C.W. (1991). Plant Physiology. 4th ed.
Wadsworth Publishing Company Belmont. California.
Sasmitamihardja, D. (1990). Penuntun Praktikum Fiologi Tumbuhan. Jurusan
Biologi FMIPA Institut Teknologi Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar